My ILEP Experience Part VI – VISA & PDO PREPARATION

Setelah menyelesaikan paspor dan MCU, hal yang bisa kulakukan adalah menunggu informasi lebih lanjut dari AMINEF. Sambil menunggu, aku mencari sebanyak-banyaknya informasi soal teknis keberangkatan baik lewat para blogger maupun menelepon langsung pak Berry, alumni ILEP tahun lalu. Hal ini penting karena aku ingin semuanya well-prepared setelah punya gambaran secara detail hal-hal apa yang akan kualami nanti. Sampai pada hari itu di akun twitter @TEA_ILEP aku membaca retweetan twitter dari @elongenecker, program officer IREX International  yang mengatakan bahwa dokumen PDO sudah dikirim ke seluruh negara partisipan ILEP 2014.

irex

Dokumen ini dikirim sekitar tanggal 17 Oktober, berarti kami para grantee akan segera mendapat kabar tentang VISA dan PDO. Keesokan harinya, sebuah email masuk dari IREX agar aku mengisi survey dari Universitas -yang aku belum tau Universitas mana- agar pihak Universitas memiliki gambaran terhadap peserta yang akan belajar disana.

IMG_20130829

Isi survey adalah pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan seputar skill mengajar yang ingin aku pelajari ataupun yang ingin aku perdalam, topik pendidikan yang paling ingin diketahui. Ada juga survey tentang penggunaan teknologi di sekolahku, apa saja yang tersedia maupun yang tidak, teknologi apa yang aku gunakan dalam kelas dan sebagainya.

Tanggal 20 Oktober aku harus pergi ke Pontianak lagi karena harus mengikuti Training dari British Council Tahap II (nanti aku akan menceritakan secara khusus training spesial ini).  Aku berangkat dengan membawa serta berkas-berkas terkait ILEP karena aku ada feeling kalau pengumuman VISA interview dan PDO akan aku dapatkan dalam waktu dekat. Benarlah dugaanku, tanggal 23 Oktber aku mendapat email yang berisi Universitas dimana aku akan ditempatkan.

uni

Alhamdulillah, aku dan ibu Three akan ditempatkan di The College of Saint Rose, Albany, New York. Ya, tepat sesuai keinginanku bahwa aku ingin ditempatkan di New York. Ada alasan khusus untuk hal ini, nanti akan aku tuliskan di postingan lain. Dan yang terjadi setelah itu adalah email yang bertubi-tubi dari AMINEF sementara di saat yang sama aku juga sedang sibuk-sibuknya dengan Training BC ku.

visa3

Jujur aku langsung stress dan rasanya otak mau meledak juga ingin muntah. Tapi setelah aku bisa menenangkan diri, aku bisa membaca maksud Alloh dengan memberikan banyak tugas di waktu yang sama seperti ini. Pertama, aku jadi bisa berkonsultasi dengan trainer-trainerku di BC tentang urusan ini. Kedua, aku harus belajar disiplin dan bekerja keras. Sudah tidak boleh bersantai-santai bukan karena aku akan berangkat ke Amerika bukan dalam rangka jalan-jalan akan tetapi untuk belajar. Well, aku akhirnya sadar dan mencoba mengerjakan banyak hal itu satu persatu dan berusaha tetap profesional. Inilah yang harus disiapkan untuk bisa wawancara VISA:

visa2

Aku mulai menyusun strategi untuk bisa melakukan semua hal disaat kesibukan sedang tinggi-tingginya seperti sekarang. Alhamdulillah suami dan anakku memutuskan untuk menyusulku di hari ke 5 training BC. Mereka ibarat penyuntik semangat buat aku dan tentu saja suamiku membawa serta peralatan yang akan aku butuhkan, laptop beserta scanner dan printer portable. Untuk mengisi aplikasi VISA online yang aku butuhkan pertama-tama adalah foto. Alhasil setelah selesai sesi training BC disore itu aku pergi mencari studio foto yang bisa melayani foto untuk VISA Amerika dengan ukuran ajaib yakni 5×5. Syukurnya kami menemukan studio foto cukup besar bernama Jambore yang biasa melayani foto VISA ke berbagai negara termasuk Amerika.

Oh ya sebelumnya aku ingin menjelaskan requirement foto untuk wanita berjilbab. Sebenarnya AMINEF memberikan guideline untuk menampakkan telinga dalam foto VISA. Tapi dengan bismillah aku memutuskan untuk tidak mengikuti guideline itu. Hal ini karena tentu saja telinga termasuk aurat yang tidak bisa diperlihatkan kepada non mahram, mengurus visa bukanlah hal darurat yang mesti menyebabkan kita membuka aurat. Ulama di dunia ini termasuk ulama di Amerika pun akan mengatakan bahwa telinga itu adalah aurat. Kedua aku sudah membaca blog-blog yang membahas bolehnya foto VISA walau tetap berjilbab lengkap, tanpa  memperlihatkan telinga.

capture screen dari salah satu blog yang udah lupa link nya

capture screen dari salah satu blog yang udah lupa link nya

Yup, kita boleh menggunakan jilbab asalkan seluruh wajah kita kelihatan hingga ke batas rambut, dan tidak perlu menampakkan telinga. Anak jilbabku, ku pas kan di antara batas tumbuh rambut dan wajah dan menampakkan bagian wajah di samping alis. Tetap dengan menutup aurat, pokoknya jilbabnya aku pas pas kan melekat dengan pas, paham kan yah?. Alhasil itulah fotoku yang terjelek sepanjang masa karena wajahku terlihat sangat besaarrrrr hahahaha.

Disini penjelasannya lebih detail.

Disini penjelasannya lebih detail.

Meskipun si fotografer menanyakan soal keputusanku yang tetap tidak mengikuti aturan, aku tetap PD tidak menampakkan telinga walaupun wajahku semacam kudanil, besaaaar sekali! *ihiks*. Setelah selesai foto, sekitar 15 menit kemudian aku sudah mendapatkan CD yang berisi file foto dan hasil cetak 5×5 untuk kukirim ke kantor AMINEF.

Malam harinya, aku mempelajari lagi guideline dari AMINEF tentang pengisian DS160 dan mempersiapkan berkas-berkas yang mungkin aku perlukan ketika mengisinya.

visa1

Sekarang tiba saatnya mengisi DS160. Kusiapkan segala sesuatunya sambil berharap koneksi wifi di hotel ini lancar. Beginilah tampilan webnya:

visa4

Alhamdulillah aku mengisinya dalam waktu sekitar 20 menit. Cukup lama karena banyak sekali yang harus diisi dan aku harus teliti dalam melakukannya. Aku tidak mau ada yang salah dalam pengisiannya yang membuat aku harus mengulanginya lagi. Setelah selesai aku mendapatkan confirmation page bersama nomer barcode. Confirmation page itu yang akan dibawa ketka intervew di Kedubes Amerika. Selanjutnya aku harus mengirimkan confirmation page ke emailku dan membuat print outnya. Aku juga mencetak aplikasi DS160 ku kemudian menscannya untuk dikirimkan bersama confirmation page ke email AMINEF. Finally, Aku sudah mengirim email yang diminta AMINEF dan sudah dikonfirmasi bahwa isian itu benar, sudah mengirim foto via J*E dan tidak ada kalimat  yang menyinggung soal fotoku yang tidak sesuai guideline mereka. Semoga semua lancar sampai pada tanggal 25 November nanti. Aamiin.

Confirmation page dan wajah besarku :D

Application page dan wajah besarku 😀

Setelah ini selesai lalu apa?. Tentu saja fokus pada persiapan PDO. AMINEF memberikan tugas sebagai berikut:PDO7

Yup! harus mengisi survey form untuk dipergunakan saat PDO tanggal 26 November nanti. Inilah form yang dimaksud beserta jawabanku:

PDO1

PDO2

PDO3

PDO4

PDO5

PDO6

Form ini akan dibahas tuntas dalam PDO nanti, aku juga harus membawa sesuatu yang merepresentasikan budaya lokal di daerahku. Aku belum memutuskan apa yang ingin kubawa. Apakah sebuah boneka Orangutan, Ale-ale (sejenis kerang yang khas Ketapang) ataupun Amplang (makanan ringan khas orang Kalimantan). Semoga nanti PDOku juga lancar ya. Aamiin. 🙂

About Unbelieveableme

Its just me and my simple life. Its UNBELIEVABLE that I am ABLE to be myself, get to know me, read my life :)
This entry was posted in Scholarship, Teacher's life, The grand journey and tagged , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

1 Response to My ILEP Experience Part VI – VISA & PDO PREPARATION

  1. Nikmah says:

    Nice to find this blog mba’……. Perkenalkan, saya Nikmah. Saya saat ini berstatus galauer atas beasiswa ILEP ini,xixixixi. Galau karena masa kerja saya baru 4th 10 bln, tapi karena ILEP team bilang sy bisa apply jadi, finally, asal apply aja. Agak was-was dengan my eligibility. Mengingat deadline aplikasinya tgl 15 maret kemarin, dan sekarang sudah sebulan lebih kok belum ada notifikasi yang masuk ke email saya terkait pengumuman program ini ya mbak? pengalaman mbak Deen dulu berapa lama nunggunya, jeda waktu aplikasi? Nice to know you 🙂

Leave a comment